SDLC
merupakan singkatan dari System Development Life Cycle yang berarti
tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh system analis dan programmer
dalam membangun sistem informasi. Nah SDLC adalah siklus untuk membangun sistem
dan memberikannya kepada pengguna melalui tahapan perencanaan, analisa,
perancangan dan implementasi dengan cara memahami dan menyeleksi keadaan serta
proses yang dilakukan pengguna untuk dapat mendukung kebutuhan penggunanya. System Development Life Cycle (SDLC) adalah suatu
pendekatan yang memiliki tahap atau bertahap untuk melakukan analisa dan
membangun suatu rancangan sistem dengan menggunakan siklus yang lebih spesifik
terhadap kegiatan pengguna (Kendall & Kendall, 2006). System Development
Life Cycle (SDLC) juga merupakan pusat pengembangan sistem informasi yang
efisien. SDLC terdiri dari 4 (empat) langkah kunci yaitu, perencanaan dan
seleksi, analisis, desain, implementasi dan operasional (Valacich, George,
& Hoffer, 2012). Selain itu, System Development Life Cycle (SDLC) adalah
sebuah proses memahami bagaimana Sistem Informasi dapat mendukung kebutuhan
bisnis, merancang system, membangun sistem, dan memberikannya kepada pengguna
(Dennis, Wixom, & Tegarden, 2005).
- Planning
Sebuah proses dasar untuk memahami mengapa sebuah sistem harus dibangun. Pada fase ini diperlukan analisa kelayakan dengan mencari data atau melakukan proses information gathering kepada pengguna. - Analysis
Sebuah proses investigasi terhadap sistem yang sedang berjalan dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban mengenai pengguna sistem, cara kerja sistem dan waktu penggunaan sistem. Dari proses analisa ini akan didapatkan cara untuk membangun sistem baru. - Design
Sebuah proses penentuan cara kerja sistem dalam hal architechture design, interface design, database dan spesifikasi file, dan program design. Hasil dari proses perancangan ini akan didapatkan spesifikasi system. - Implementation
Proses pembangunan dan pengujian sistem, instalasi sistem, dan rencana dukungan sistem. - Build
Proses pengujian pada system yang sudah dibuat. - Maintenance
Proses yang dilakukan oleh admin/programmer untuk menjaga system supaya berjalan dengan baik dan mengadaptasikan system sesuai dengen kebutuhan.
Berikut
merupakan contoh model penerapan SDLC:
1.
Model Prototype
Metode Prototype merupakan suatu
paradigma baru dalam metode pengembangan perangkat lunak dimana metode ini
tidak hanya sekedar evolusi dalam dunia pengembangan perangkat lunak, tetapi
juga merevolusi metode pengembangan perangkat lunak yang lama yaitu sistem
sekuensial yang biasa dikenal dengan nama SDLC atau waterfall development
model. Prototype ini merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak
yang banyak digunakan, dengan metode ini pengembang dan pelanggang dapat saling
berinteraksi selama proses pembuatan system.
Dalam
Model Prototype, prototype dari perangkat lunak yang dihasilkan kemudian
dipresentasikan kepada pelanggan, dan pelanggan tersebut diberikan kesempatan
untuk memberikan masukan sehingga perangkat lunak yang dihasilkan nantinya
betul-betul sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Perubahan dan
presentasi prototype dapat dilakukan berkali-kali sampai dicapai kesepakatan
bentuk dari perangkat lunak yang akan dikembangkan.
Teknik
– teknik Prototyping Meliputi :
- Perancangan Model
- Perancangan Dialog
- Simulasi
Berikut
adalah 4 langkah yang menjadi karakteristik dalam proses pengembangan pada
metode prototype, yaitu :
- Pemilihan fungsi
- Penyusunan Sistem Informasi
- Evaluasi
- Penggunaan Selanjutnya
Metode
ini menyajikan gambaran yang lengkap dari suatu sistem perangkat lunak, terdiri
atas model kertas, model kerja dan program. Pihak pengembang akan melakukan
identifikasi kebutuhan pemakai, menganalisa sistem dan melakukan studi
kelayakan serta studi terhadap kebutuhan pemakai, meliputi model interface,
teknik prosedural dan teknologi yang akan dimanfaatkan.
Berikut
adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model Prototype, yaitu :
·
Pengumpulan
kebutuhan
Pelanggan
dan pengembang bersama-sama mendefinisikan format seluruh perangkat lunak,
mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.
·
Membangun
prototyping
Membangun
prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian
kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output).
·
Evaluasi
protoptyping
Evaluasi
ini dilakukan oleh pelanggan, apakah prototyping yang sudah dibangun sudah
sesuai dengan keinginan pelanggan atau belum. Jika sudah sesuai, maka langkah
selanjutnya akan diambil. Namun jika tidak, prototyping direvisi dengan
mengulang langkah-langkah sebelumnya.
·
Mengkodekan
sistem
Dalam
tahap ini prototyping yang sudah di sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa
pemrograman yang sesuai.
·
Menguji
sistem
Setelah
sistem sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, kemudian dilakukan
proses Pengujian. Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis
Path, pengujian arsitektur, dll.
·
Evaluasi
Sistem
Pelanggan
mengevaluasi apakah perangkat lunak yang sudah jadi sudah sesuai dengan yang
diharapkan . Jika ya, maka proses akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya, namun
jika perangkat lunak yang sudah jadi tidak/belum sesuai dengan apa yang
diharapkan, maka tahapan sebelumnya akan diulang.
·
Menggunakan
sistem
Perangkat
lunak yang telah diuji dan diterima pelanggan siap untuk digunakan.
Model Prototyping ini sangat sesuai
diterapkan untuk kondisi yang beresiko tinggi di mana masalah-masalah tidak
terstruktur dengan baik, terdapat fluktuasi kebutuhan pemakai yang berubah dari
waktu ke waktu atau yang tidak terduga, bila interaksi dengan pemakai menjadi
syarat mutlak dan waktu yang tersedia sangat terbatas sehingga butuh
penyelesaian yang segera. Model ini juga dapat berjalan dengan maksimal pada
situasi di mana sistem yang diharapkan adalah yang inovatif dan mutakhir
sementara tahap penggunaan sistemnya relatif singkat.
Berikut
merupakan Jenis – jenis dari Prototyping :
- Feasibility prototyping, digunakan untuk menguji kelayakan dari teknologi yang akan digunakan untuk system informasi yang akan disusun.
- Requirement prototyping, digunakan untuk mengetahui kebutuhan aktivitas bisnis user.
- Desain Prototypingdigunakan untuk mendorong perancangan sistem informasi yang akan digunakan.
- Implementation prototyping, merupakan lanjutan dari rancangan prototype, prototype ini langsung disusun sebagai suatu sistem informasi yang akan digunakan.
Contoh
Penerapan Metode Prototype.
Sebuah
rumah sakit ingin membuat aplikasi sistem database untuk pendataan pasiennya.
Seorang atau sekelompok programmer akan melakukan identifikasi mengenai apa
saja yang dibutuhkan oleh pelanggan, dan bagaimana model kerja program
tersebut. Kemudian dilakukan rancangan program yang diujikan kepada pelanggan.
Hasil/penilaian dari pelanggan dievaluasi, dan analisis kebutuhan pemakai
kembali di lakukan.
“apakakah perlu menggunakan prototype? Jawabannya adalah “YA”. Prototype perlu digunakan
untuk pembuatan suatu proyek, karena sering terjadinya seorang pelangganyang
hanya mendefinisikan secara umum apa yang dikehendakinya tanpa menyebutkan
secara detal output apa saja
Untuk dapat
mengatasi ketidakserasian antara pelanggan dan pengembang itu , maka harus
dibutuhakan suatu prototype untuk menimbulkan kerjasama yang baik diantara
keduanya, sehingga pengembang akan mengetahui dengan benar apa yang diinginkan
pelanggan dengan tidak mengesampingkan segi-segi teknis dan pelanggan akan
mengetahui proses-proses dalm menyelasaikan system yang diinginkan. Dengan
demikian akan menghasilkan sistem sesuai dengan jadwal waktu penyelesaian yang
telah ditentukan.
Kelebihan
Model Prototype :
- Pelanggan berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil produk pengembangan akan semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
- Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
- Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
- Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
- Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
- Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
- Penerapan menjadi lebih mudah karena pelanggan mengetahui apa yang diharapkannya.
Kekurangan
Model Prototype :
- Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.
- Biasanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan.
- Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
- Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.
2.
Model Rapid Application Development
(RAD)
Rapid
Aplication Development (RAD) adalah sebuah model proses perkembangan perangkat
lunak sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan yang sangat pendek
(kira-kira 60 sampai 90 hari). Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi
“kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier dimana perkembangan cepat
dicapai dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis komponen. Rapid
application development (RAD) atau rapid prototyping juga bisa disebutkan
sebagai model proses pembangunan perangkat lunak yang tergolong dalam
teknik incremental (bertingkat). RAD menekankan pada siklus pembangunan pendek,
singkat, dan cepat. Waktu yang singkat adalah batasan yang penting untuk model
ini. Rapid application development menggunakan metode iteratif (berulang) dalam
mengembangkan sistem dimana working model (model kerja) sistem dikonstruksikan
di awal tahap pengembangan dengan tujuan menetapkan kebutuhan (requirement)
pengguna. Model kerja digunakan hanya sesekali saja sebagai basis desain dan
implementasi sistem akhir.
Berikut
adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model Rapid Application
Development (RAD), yaitu :
ü Bussiness Modeling
Fase
ini untuk mencari aliran informasi yang dapat menjawab pertanyaan berikut:
- Informasi apa yang menegndalikan proses bisnis?
- Informasi apa yang dimunculkan?
- Di mana informasi digunakan ?
- Siapa yang memprosenya ?
ü Data Modeling
Aliran
informasi yang didefinisikan sebagai bagian dari fase bussiness modeling
disaring ke dalam serangkaian objek data yang dibutuhkan untuk menopang bisnis
tersebut. Karakteristik (atribut) masing-masing objek diidentifikasi dan
hubungan antar objek-objek tersebut didefinisikan.
ü Proses Modeling
Aliran
informasi yang didefinisikan di dalam fase data modeling ditransformasikan
untuk mencapai aliran informasi yang perlu bagi implementasi sebuah fungsi
bisnis. Gambaran pemrosesan diciptakan untuk menambah, memodifikasi, menghapus,
atau mendapatkan kembali sebuah objek data.
ü Aplication Generation
Selain
menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga, RAD juga memakai komponen
program yang telah ada atau menciptakan komponen yang bisa dipakai lagi.
Ala-alat bantu bisa dipakai untuk memfasilitasi konstruksi perangkat lunak.
ü Testing dan Turnover
Karena
proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, banyak komponen program telah
diuji. Hal ini mengurangi keseluruhan waktu pengujian. Tetapi komponen baru
harus diuji dan semua interface harus dilatih secara penuh.
Contoh penerapan model RAD
RAD sangat tepat diterapkan
untuk sistem yang
telah jelas dan lengkap kebutuhannya, di mana terdapat komponen-komponen yang
dapat dipakai kembali dalam proyek yang berskala kecil dengan waktu
pengembangan perangkat lunak yang singkat.
Kelebihan
Model RAD :
- Lebih efektif dari Pengembangan Model waterfall/sequential linear dalam menghasilkan sistem yang memenuhi kebutuhan langsung dari pelanggan.
- Cocok untuk proyek yang memerlukan waktu yang singkat.
- Model RAD mengikuti tahap pengembangan sistem seperti pada umumnya, tetapi mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada sehingga pengembang tidak perlu membuatnya dari awal lagi sehingga waktu pengembangan menjadi lebih singkat dan efisien.
Kekurangan
Model RAD :
- Model RAD menuntut pengembangan dan pelanggan memiliki komitmen di dalam aktivitas rapid-fire yang diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem, di dalam kerangka waktu yang sangat diperpendek. Jika komitmen tersebut tidak ada, proyek RAD akan gagal.
- Tidak semua aplikasi sesuai untuk RAD, bila system tidak dapat dimodulkan dengan teratur, pembangunan komponen penting pada RAD akan menjadi sangat bermasalah.
- RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai resiko teknik yang tinggi.
- Membutuhkan Tenaga kerja yang banyak untuk menyelesaikan sebuah proyek dalam skala besar.
- Jika ada perubahan di tengah-tengah pengerjaan maka harus membuat kontrak baru antara pengembang dan pelanggan.
3.
Model Spiral
Model
Spiral (spiral model) adalah
salah satu bentuk dari Metode Pengembangan Perangkat Lunak atau yang disebut
SDLC (Software Development Life Cycle), yang sangat populer digunakan dalam
bidang teknologi informasi. Model ini mengadaptasi dua model perangkat
lunak yang ada yaitu model prototyping dengan pengulangannya dan model
waterfall dengan pengendalian dan sistematikanya. Model ini dikenal
dengan sebutan Spiral Boehm. Pengembang dalam model ini memadupadankan beberapa
model umum tersebut untuk menghasilkan produk khusus atau untuk menjawab
persoalan-persoalan tertentu selama proses pengerjaan proyek.
Tahap-tahap
model ini dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut :
- Tahap Liason:pada tahap ini dibangun komunikasi yang baik dengan calon pengguna/pemakai.
- Tahap Planning (perencanaan):pada tahap ini ditentukan sumber-sumber informasi, batas waktu dan informasi-informasi yang dapat menjelaskan proyek.
- Tahap Analisis Resiko:mendefinisikan resiko, menentukan apa saja yang menjadi resiko baik teknis maupun manajemen.
- Tahap Rekayasa (engineering):pembuatan prototipe.
- Tahap Konstruksi dan Pelepasan (release):pada tahap ini dilakukan pembangunan perangkat lunak yang dimaksud, diuji, diinstal dan diberikan sokongan-sokongan tambahan untuk keberhasilan proyek.
- ü Tahap Evaluasi:Pelanggan/pemakai/pengguna biasanya memberikan masukan berdasarkan hasil yang didapat dari tahap engineering dan instalasi.
Model
Spiral/Boehm sangat cocok diterapkan untuk pengembangan sistem dan
perangkat lunak skala besar di mana pengembang dan pemakai dapat lebih mudah
memahami kondisi pada setiap tahapan dan bereaksi terhadap kemungkinan
terjadinya kesalahan. Selain itu, diharapkan juga waktu dan dana yang tersedia
cukup memadai.
Kelebihan
Model Spiral :
- Setiap tahap pengerjaan dibuat prototyping sehingga kekurangan dan apa yang diharapkan oleh client dapat diperjelas dan juga dapat menjadi acuan untuk client dalam mencari kekurangan kebutuhan.
- Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar.
- Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak komputer.
- Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses.
- Menggunakan prototipe sebagai mekanisme pengurangan resiko dan pada setiap keadaan di dalam evolusi produk.
- Tetap mengikuti langkah-langkah dalam siklus kehidupan klasik dan memasukkannya ke dalam kerangka kerja iteratif.
- Membutuhkan pertimbangan langsung terhadap resiko teknis sehingga mengurangi resiko sebelum menjadi permaslahan yang serius.
Kekurangan
Model Spiral :
- Banyak konsumen (Client) tidak percaya bahwa pendekatan secara evolusioner dapat dikontrol oleh kedua pihak.
- Model spiral mempunyai resiko yang harus dipertimbangkan ulang oleh konsumen dan developer.
- Memerlukan tenaga ahli untuk memperkirakan resiko, dan harus mengandalkannya supaya sukses.
- Belum terbukti apakah metode ini cukup efisien karena usianya yang relatif baru.
- Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
- Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute.
Kesimpulan:
Berdasarkan pada penjelasan diatas maka SDLC dapat
disimpulkan sebagai sebuah siklus yang membangun suatu sistem itu sendiri dan
memberikannya kepada pengguna melalui tahapan perencanaan, analisa, perancangan
dan implementasi dengan cara memahami dan menyeleksi keadaan dan proses yang
dilakukan pengguna untuk dapat mendukung seluruh kebutuhan para pengguna. Untuk menggunakan SDLC maka
dibutuhkan sumber dari data awal tersebut dari pengguna yang dijadikan acuan
yang nantinya dimasukkan kedalam perencanaan, analisa, perancangan dan
implementasi. Penggunaan acuan ini dimaksudkan agar sistem yang dibangun bisa
menjembatani kebutuhan pengguna dari permasalahan yang dihadapinya.
Berikut contoh penerapan model pada
SDLC:
Ø PROTOTYPE
Prototype
merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang banyak
digunakan.prototype juga perlu digunakan untuk pembuatan suatu proyek. Berikut
adalah 4 langkah yang menjadi karakteristik dalam proses pengembangan pada
metode prototype, yaitu :
- Pemilihan fungsi
- Penyusunan Sistem Informasi
- Evaluasi
- Penggunaan Selanjutnya
Tahap-tahap prototype
antara lain:
- Pengumpulan kebutuhan
- Membangun prototyping
- Evaluasi prototyping
- Mengkodekan system
- Menguji system
- Evaluasi system
- Menggunakan system
Ø RAD
Rapid
application development (RAD) atau rapid prototyping adalah model proses
pembangunan perangkat lunak yang tergolong dalam
teknik incremental (bertingkat). RAD menekankan pada siklus pembangunan pendek,
singkat, dan cepat. Waktu yang singkat adalah batasan yang penting untuk model
ini. Rapid application development menggunakan metode iteratif (berulang) dalam
mengembangkan sistem dimana working model (model kerja) sistem dikonstruksikan
di awal tahap pengembangan dengan tujuan menetapkan kebutuhan (requirement)
pengguna. Model kerja digunakan hanya sesekali saja sebagai basis desain dan
implementasi sistem akhir.
Berikut
adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model Rapid Application
Development (RAD), yaitu :
·
Bussiness modeling
·
Data modeling
·
Prosess modelling
·
Application Generation
·
Testing and Turnover
Ø SPIRAL
Model Spiral (spiral model) adalah salah satu bentuk dari Metode
Pengembangan Perangkat Lunak atau yang disebut SDLC (Software Development Life
Cycle), yang sangat populer digunakan dalam bidang teknologi informasi. Model ini mengadaptasi dua
model perangkat lunak yang ada yaitu model prototyping dengan pengulangannya
dan model waterfall dengan pengendalian dan sistematikanya.
Berikut tahap-tahap model
spiral ini:
- Tahap Liason
- Tahap Planning
- Tahap Analisis Resiko
- Tahap Rekayasa (engineering)
- Tahap Konstruksi dan Pelepasan (release)
- Tahap Evaluasi
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar